Tuesday, May 24, 2016

Mengintip Colombia (2) - Medellin

Saya membeli tiket pesawat Cartagena – Medellin (dibaca: Medejin) di travel agent di Kota Tua Cartagena karena kartu debit saya ditolak oleh maskapai Vivacolombia dan Avianca. Ada maskapai lain yaitu LAN tapi waktu saya cek harganya mahal. Ternyata di travel agent saya bisa membeli tiket untuk penerbangan yang transit di Bogota dengan harga yang lebih murah.

Cari yang murah tentunya ada konsekwensinya. Ransel saya nyangkut di Bogota. Petugas di bandara Medellin menyakinkan saya bahwa ransel saya akan diantar ke hostel hari itu juga. Bandara Medellin letaknya jauh dari kota Medellin. Perjalanan dari bandara ke pusat kota dengan taxi atau bus sekitar 1 jam jika lalu lintas lancar. Ongkos taxi dari bandara ke kota 60000 Peso atau sekitar 30 USD. Mehong!
Saya yang berkantong tipis memilih untuk naik bus yang hanya 8600 Peso. Untuk menuju pusat kota kita bisa turun di dekat San Diego Mall atau di Center. Saya turun di dekat San Diego Mall lalu tanya-tanya ke polisi dan tentara arah menuju ke stasiun metro (kereta) terdekat. Berbekal petunjuk dengan bahasa tubuh saya sampai di stasiun metro tanpa nyasar *bangga :)
Stasiun metro yang dekat dengan San Diego Mall namanya Exposiciones. Waktu itu sekitar jam 2 siang dan hari libur tapi metro penuh sesak dengan penumpang. saya baru bisa terangkut di kereta ke 3. Kereta baru mau jalan tiba-tiba harus berhenti karena ada keributan. Untuk menuju hostel saya harus ganti kereta di stasiun San Antonio. Makkk… antriannya mengerikan. Saya bersyukur ransel saya nyangkut di Bogota. Jika tidak saya pasti sudah menyerah dan naik taxi menuju hostel. Lagi-lagi terjadi keributan di stasiun San Antonio. Ternyata hari itu ada pertandingan sepak bola jadi suporter masing-masing tim bentrok.
Sampai di hostel saya istirahat sebentar dan jalan ke supermarket lalu kembali ke hostel dan tidak berani keluar lagi. Malamnya terdengar suara jedar jeder yang saya kira suara letusan kembang api dari stadium tempat pertandingan sepak bola. Saya masih tenang. Tidak lama suara itu terdengar lagi. Pemilik hostel tanya ke salah satu tamu yang sudah lama tinggal disitu ‘guns or fireworks?’ Nadanya bertanya seperti bercanda dan si tamu pun menanggapi dengan cengengesan. Saya masih mengira itu suara kembang api. Terdengar lagi suara jedar jeder yang ketiga kali. Saya penasaran ‘itu suara kembang api kan?’ Mereka dengan muka serius menjawab ‘bukan, itu suara tembakan. Paling lagi ada perang antar geng. Comuna 13 kan gak jauh dari sini’.
Comuna 13 dulunya adalah area paling berbahaya di Medellin. Di jaman Pablo Escobar (bos kartel narkoba terbesar) tidak ada yang berani masuk area ini kecuali anggota kartel. Sekarang (katanya) sudah jauh lebih aman dan banyak orang umum yang berani ke sana. Tapi saya tidak.
Geng masih menjadi masalah besar di Medellin. Salah satu teman hostel yang mantan anggota militer bilang ke saya kalau ditodong jangan ngomong apa-apa tapi langsung kasih apa yang mereka minta atau mereka tidak akan pikir dua kali untuk membunuh. Geng tidak pilih-pilih mau penduduk ataupun turis. Beberapa hari sebelum saya datang kabarnya ada seorang turis yang ditembak di hostelnya. Padahal hostelnya di El Poblado, area paling aman di Medellin.
Saya tidak banyak blusukan di Medellin. Tindak kriminal di Medellin terjadi juga di siang hari. Saya ikut Walking Tour dengan guide orang lokal. Selama tour itu kami diberi tahu di area mana kami harus extra waspada. Salah satunya adalah di Parque de Berrio yang merupakan taman kecil dengan patung Pedro Justo Berrio (mantan gubernur). Di tempat ini banyak penjual makanan, tukang obat dan ada juga sekelompok pemusik yang mengiringi orang-orang berdansa.
Tempat lain yang juga butuh kewaspadaan extra adalah Parque de Bolivar. Taman yang terletak di depan Cathedral Metropolitana (gereja kathedral). Ada patung Simon Bolivar ditengah taman ini. Yang menarik dari tempat ini adalah di salah satu pojok ada pos polisi dan di pojok yang lain banyak penjual marijuana dan cocaine. Sekitar jam 12 siang saya jalan di tempat ini ditawari ‘Senorita, marijuana? Coca?’.
Medellin sebenarnya sebuah kota yang cantik. Infrasrukturnya benar-benar bagus, transportasi sekelas kota-kota besar di negara maju, perpustakaan di mana-mana. Tapi sayang masih belum benar-benar lepas dari predikat kota paling berbahaya. Sekalipun saya merasa sedikit takut berada di kota ini tapi sebagai perempuan saya juga merasa aman. Perempuan bebas berbusana sesuai yang mereka mau. Kaos ketat yang bolong sana bolong sini dipadu dengan celana jeans hipster super ketat, sepatu hak tinggi dan make up menor bebas jalan kesana kemari. Saya tidak memotret perempuan berbaju ketat nanti yayank Anoew tidak bisa tidur. Gawat.
Medellin adalah satu-satunya kota di Colombia yang memiliki sistem transportasi massal metro. Bahkan ada kereta gantung yang menjangkau wilayah perbukitan. Salah satu hal yang saya sukai adalah naik kereta gantung dan melihat pemukiman penduduk di bawah. Indah dari atas tapi sebaiknya tidak didatangi.



Harga tiket sekali jalan adalah 1900 Peso dan itu bisa digunakan untuk naik metro kemanapun termasuk kereta gantung (metrocable). Ada pengecualian untuk metrocable yang menuju Parque Arvi yang merupakan salah satu tempat wisata favorit penduduk setempat. Metrocable ke Parque Arvi harganya 4600 Peso sekali jalan.


No comments:

Post a Comment